Jumat, 14 Februari 2014

Olimpiade Sains Nasional


Di balik euforia Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang sekarang tengah berlangsung, tentunya ada cerita tersendiri yang mengisahkan mengapa olimpiade paling bergengsi di bidang sains ini diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Dari masa ke masa, OSN mengalami berbagai pembenahan. Mulai dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, hingga provinsi, berlomba menyeleksi siswa terbaik yang nantinya akan berlaga di tingkat nasional. Di ajang OSN inilah kelak bermunculan para jenius muda yang akan mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional.


Sejarah Pelaksanaan OSN

Sejarah pelaksanaan OSN dimulai tahun 2002. Saat Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Olimpiade Internasional Fisika. “Kala itu, sesuai dengan arahan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Indra Djati Sidi, bahwa kita harus siap melaksanakan kegiatan ini dan harus siap pula mencapai tiga sukses: sukses penyelenggaraan, sukses peserta, dan sukses prestasi. Three success itu berhasil dilaksanakan oleh tim Indonesia dengan perolehan 3 medali emas, dan 2 medali perak," ungkap Suharlan, SH, MM, Kasi Bakat dan Prestasi Direktorat Pembinaan SMA.

Ajang adu kemampuan bidang fisika siswa se-dunia di Bali itu diikuti oleh  72 negara, dibuka oleh Megawati Soekarnoputri, saat itu Presiden Republik Indonesia. "Kita mendapat kesan yang cukup baik di mata internasional," Suharlan menuturkan. Usai pelaksanaan olimpiade internasional tersebut, kisah Suharlan, tim pelaksana punya mimpi, mengapa kegiatan ini tidak dilaksanakan di Indonesia dan bersifat nasional?

Mimpi itu segera diwujudkan menjadi kenyataan. OSN antar siswa SMA dilaksanakan di tahun yang sama. Kegiatan itu, menurut Suharlan, memperoleh respon positif dari Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) saat itu, Malik Fajar. Malik berpesan kepada para rektor yang hadir di acara tersebut untuk berfikir cerdas, kalau perlu  siswa tingkat nasional diterima di UMPTN  dan mengambil anak-anak yang berprestasi dari ajang ini.

Selanjutnya, Malik Fajar meminta agar mulai tahun berikutnya jenjang SD, SMP, dan SMA melaksanakan olimpiade. “Kami kemudian berkoordinasi dengan direktorat terkait, seperti SD, SMP, dan SMA untuk menyusun langkah-langkah persiapan, mekanisme dan pelaksanaan, termasuk pembuatan logo, medali emas, perak, dan perunggu, juga the best theory dan the best experiment," tutur Suharlan.
Saat itu, pelaksanaannya belum begitu sempurna. Ajang bergengsi yang diikuti siswa SMA seluruh Indonesia ini, kemudian disempurnakan pada tahun 2003. Tahun itu pelaksanaan OSN sudah berkordinasi dengan  SD, SMP, dan SMA, disusul dengan pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Seiring perjalanan waktu, timbul keinginan agar penyelenggaraan OSN tingkat nasional bergiliran diadakan di semua provinsi.  Aturan-aturan yang ada di dalam SOP kemudian diberlakukan. Respon positif datang dari berbagai provinsi. Selanjutnya, OSN pun dilaksanakan secara rutin setiap tahun. Tahun 2003 OSN dilaksanakan di Balikpapan. Kegiatan ini sudah melibatkan siswa SD, SMP, dan SMA. Dari sinilah akhirnya perjalanan OSN terus berlanjut.

Pada tahun 2004 berlangsung di Pekanbaru (Riau), tahun 2005 di DKI Jakarta,  tahun 2006 di Semarang, tahun 2007 di Surabaya, 2008 di Makassar, dan tahun 2009 kembali di Jakarta.  “Tahun 2010, Sumatera Utara sudah menawarkan diri menjadi tuan rumah OSN. Sudah ada surat resmi dari Gubernur Sumut," katanya. Tahun 2011 dan 2012  diharapkan ada pemerintah daerah yang melamar untuk menjadi tuan rumah OSN.

Master Soal


Tahun 2004, 2005, 2006, 2007, pihak Direktorat Pembinaan SMA memberikan dana bantuan blockgrant untuk pelaksanaan OSN. Meski demikian, master soal masih dibuat oleh pusat. Jadi, soal kabupaten/kota dibuat oleh pusat, dan soal nasional juga dibuat oleh pusat. Koreksi soal di tingkat kabupaten kota diserahkan ke tingkat provinsi dan dari provinsi baru ke tingkat nasional. Jadi prosesnya memang dilaksanakan secara berjenjang dan cukup memperoleh tanggapan serius dari para peserta. “Dengan prosedur yang jelas, peserta yang terpilih tidak asal tunjuk. Alhamdulillah, tahun 2003 sudah berjalan dengan baik, mulai dari tingkat  kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional,” kata Suharlan. 

Selain bertujuan agar anak-anak menyenangi dan menguasai sains, sekolah-sekolah yang sudah melirik dan menganggap pentingnya OSN, kian giat berbenah diri. Salah satunya dengan memperbaiki laboratorium yang ada di sekolah. Siswa-siswa pun makin aktif melakukan eksperimen. Peraih medali di tingkat kabupaten mulai memperoleh reward dari pihak dinas kabupaten/kota maupun provinsi. Hal ini sesuai dengan gencarnya otonomi daerah yang sekarang sedang berjalan.

Suharlan mengatakan, bidang studi ekonomi dan kebumian diikutsertakan dalam OSN dengan alasan untuk menampung siswa-siswa dari IPS. Sejak 2006, Depdiknas juga sudah mengeluarkan Peraturan Menteri No.34 Tentang  Prestasi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Selain itu, tertuang juga di Peraturan Menteri No. 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan, yang salah satunya berisi tentang kegiatan seni dan olah raga. Polanya hampir sama dengan OSN. "Sekarang kegiatan juga melebar ke olah raga, olah seni, olah rasa, dan olah otak. Kini, semua kegiatan ini sudah terpenuhi. Mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancar,” ucap Suharlan.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/olimpiade/09/08/05/66935-osn-dari-masa-ke-masa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar