Rabu, 05 Februari 2014

Kecewa, Hati yang Terluka


Bismillahirrahmanirrahim.
Pernahkah engkau dikecewakan seseorang? Seperti apa rasanya? Pedih bukan? Bak tersayat-sayat sembilu, kata orang. Benar, tepat sekali. Rasanya menyesal sudah mengenalnya, mengapa begini mengapa begitu, benci sangat kepada dia.
Tetap berkata “tidak” padahal dalam hati menjerit, pernahkah kau merasakan? Terlalu pengecutkah itu? Memang kadang apa yang diucap berbanding terbalik dengan hati, dan terkadang kau tak butuh alasan untuk menjelaskan apa yang terjadi.
Saat kecewa ingin sekali meledakkan amarah, melampiaskan kesal, tapi apa gunanya? Buat apa meradang, jika kecewa menggarang? Akankah engkau merasa pulih? Dan merasa lebih tenang? Benarkah pulih atau syaitan berhasil memperdaya? Ntahlah, ntah kepada siapa daku bertanya, tapi tentu hanya kepada-Nya daku mengadu, hanya mengingat-Nya-lah daku berhak mencucurkan air mata.
Hati yang kecewa telah terluka, jika pun sembuh masih ada bekasnya. Bukan, bukan dendam yang dipendam, tapi beginilah fitrah manusia.


Astaghfirullahal’azhiim, alladzi laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilahi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar